Sunday, May 29, 2011

Kerusakan Makanan

PEMBAHASAN
KERUSAKAN MAKANAN

A.Pengertian
            kerusakan makanan adalah Adanya penyimpangan yang melewati batas yang dapat diterima secara normal oleh panca indera atau parameter lain.

B. Jenis-jenis kerusakan makanan
1) Kerusakan Fisiologis
kerusakan yang terjadi akibat adanya reaksi metabolisme atau enzim yang berlebihan yang terdapat di dalam bahan makanan . Kerusakan yang ditimbulkan adalah terjadinya proses pembusukan.
contoh: enzim pektinase yang terdapat pada buah-buahan yang menyebabkan buah-buahan
menjadi lunak.
2) Kerusakan Biologis
kerusakan bahan makanan yang diakibatkan oleh organisme perusak,
contoh : rodentia / serangga / unggas. Masuknya serangga ke dalam bahan makanan .
Serangga biasanya merusak buah-buahan, sayur-sayuran, biji-bijian dan umbi-umbian pada saat bahan pangan dipanen. Kerugian yang terjadi adalah :
a. Penyusutan berat Bahan dipanen
b. Berkurangnya nilai gizi Bahan dipanen
c. Bahan dipanen akan mudah terkontaminasi oleh MIKRO ORGANISME
Selain menyebabkan berat Bahan dipanen rodentia (binatang pengerat / tikus) juga merugikan karena kotoran, rambut dan urine tikus akan menimbulkan bau yang kurang enak dan juga pembawa bakteri.
3) Kerusakan Pathologis
kerusakan bahan makanan  yang terjadi akibat adanya penyakit pada bahan makanan
4) Kerusakan Mekanis
kerusakan akibat adanya benturan antara Bahan dipanen dengan Bahan dipanen atau antara Bahan dipanen dengan wadah.


5) Kerusakan Fisik
kerusakan yang terjadi akibat temperature / suhu yang tidak sesuai dengan keadaan bahan makanan
Contoh :
a. Pada poses pengolahan dengan panas yang terlalu lama akan menimbulkan kegosongan.
b. Pada proses pendinginan terjadi kerusakan "chilling injuries" atau pada proses pembekuan terjadi kerusakan "freezinginjuries" dan ""freezing-burn".
c. Pada proses pengeringan biji-bijian yang kurang baik akan menyebabkan "case-hardering" yaitu suatu keadaan dimana bagian luar biji sudah kering tetapi bagian dalam masih basah.
Hal ini dapat terjadi bila penguapan pada Bahan dipanen tidak merata.
6) Kerusakan Khemis
kerusakan bahan makanan yang disebabkan adanya reaksi kimia dalam bahan makanan.
7) kerusakan Mikrobiologis
kerusakan bahan makanan  akibat adanya aktifitas Mo, seperti bakteri, kapang dan khamir. Kerusakan jenis ini sangat merugikan karena Dapat mengakibatkan keracunan
Tidak hanya terjadi pada bahan makanan mentah, tetapi juga pada bahan makanan setengah jadi, misalnya sosis.
Pada awalnya semua jaringan hidup steril, tetapi setelah keluar dari lingkungannya, bias saja menjadi tidak steril. Misalnya air susu sapi tetap steril pada saat berada di dalam kelenjar susu sapi tapi setelah diperah dapat saja air susu tersebut tidak lagi steril. Hal ini disebabkan adanya kontaminasi dari udara, pemerah ataupun peralatan yang digunakan.

 8) Kerusakan dari luar bahan makanan , terbagi menjadi 2 :
a. Sengaja ditambahkan ke dalam bahan makanan
biasanya berupa bahan makanan tambahan (food additive). Jika food additive digunakan tidak sesuai dengan ketentuan dapat mengakibatkan keracunan.
Contoh : bahan pewarna, pengental, pemanis buatan, dll.
b. Tidak sengaja terdapat dalam bahan makanan
Misalnya insektisida pada bahan makanan atau tembaga (Cu) yang terdapat pada perlatan memasak.

C. Penggolongan  kerusakan makanan berdasarkan  Bahan makanan

Berdasarkan tingkat kerusakannya bahan makanan digolongkan menjadi 4, yaitu :
1. Cepat rusak (Highly perishable)
Kerusakan bahan makanan jenis ini dapat terjadi dalam waktu 1-6 jam.
Contoh : air susu, ikan, daging ayam, jeroan, dll.
2. Mudah rusak (Perishable)
Kerusakan dapat terjadi dalam waktu 1-2 hari, tergantung pada cara penanganannya.
Contoh : sayur-sayuran, buah-buahan.
3. Agak mudah rusak (Semi perishable)
Bahan makanan yang dapat tahan hingga beberapa minggu
Contoh : bawang putih, biji melinjo, kentang, waluh
4. Tidak mudah rusak (Non perishable)
Bahan makanan yang dapat disimpan hingga beberapa bulan
Contoh : kacang-kacangan, biji-bijian.

D. akibat kerusakan makanan
Makanan yang rusak adalah makanan yang apabila dikonsumsi oleh mahluk hidup (manusia / hewan) dapat mengancam kesehatan. Bahan makanan yang rusak dapat menjalar ke makanan yang sehat / tidak rusak karena dapat terjadi pencemaran silang sehingga menimbulkan kerugian bagi konsumen maupun produsen. Beberapa akibat kerusakan bahan makanan adalah :
1. Mutu
Kerusakan bahan makanan akan berpengaruh terhadap mutu dari bahan makanan yang bersangkutan. Bila tingkat kerusakannya ringan akan menyebabkan penurunan kelas mutunya, tetapi bila tingkat kerusakannya agak berat dapat menyebabkan lewat mutu (off-grade).
Bahan makanan  yang sudah off-grade menyebabkan bahan makanan tersebut tidak layak dikonsumsi lagi. Untuk menentukan suatu bahan makanan sudah mengalami off
grade atau belum, ditetapkan batas mutu. Batas mutu tergantung pada tingkat dan kondisi ekonomi-sosial konsumen.

2. Nilai gizi
Kerusakan bahan makanan dapat mempengaruhi nilai gizi bahan makanan. Mikro organisme yang terdapat pada bahan makanan akan menggunakan kandungan gizi untuk aktifitasnya. Kerusakan fisik pada pemanasan / pembekuan akan menurunkan nilai gizi bahan makanan. Namun tidak semua kerusakan fisik akan menurunkan nilai gizi, misalnya hilangnya sifat garing pada kerupuk karena teknik penyimpanan yang salah / kurang baik.
3. Kesehatan
Kerusakan bahan makanan dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan manusia, terutama kerusakan yang disebabkan oleh mikro organisme yang bersifat pathogen. Penyakit yang disebabkan oleh makanan disebut 'food borne diseases' atau 'food borne illnennen'. Beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui makanan / minuman adalah : kolera, disentri, hepatitis, TBC dan thypus abdominalis.
Penyebab 'food borne diseases' :
a. Sumber biologi
 mikro organisme dan / racun yang diproduksi oleh mikro organisme tersebut.
b. Sumber kimia
bahan kimia tertentu yang berbahaya bagi tubuh yang terdapat di dalam bahan makanan secara sengaja / tidak sengaja.
c. Sumber fisika
 sumber yang berkaitan dengan obyek fisik, misalnya tempat plastic tertentu yang mengandung PVC (poly Vynil Chlorida) yang membahayakan tubuh.

E.mencegah terjadinya kerusakan bahan makanan dapat dilakukan dengan beberapa
cara, yaitu :
1. Perlakukan penurunan air (pengeringan)
Pengeringan merupakan pengawetan yang paling lama dan paling banyak dilakukan oleh manusia.
Jenis jenis pengeringan :
a. Pengeringan alami / Sun Drying
Keuntungan :
a. Murah
b. Tidak memerlukan keahlian
Kerugian :
a. Waktu tidak tentu, tergantung cuaca
b. Tempat yang dibutuhkan harus luas
c. Suhu, rH, kecepatan aliran udara tidak dapat dikontrol
d. Terkontaminasi oleh debu
e. Terjadi kerusakan BAHAN DIPANEN
b. Pengeringan buatan / Artificial Drying
Keuntungan :
a. Suhu, rH, aliran udara dapat diatur
b. Sanitasi terjamin
c. Proses dapat dikontrol, sehingga mengurangi kerusakan
d. Tidak memerlukan tempat yang luas
Kerugian :
a. Perlu dana yang banyak
b. Diperlukan keahlian khusus
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan :
a.      Luas permukaan BAHAN DIPANEN
Semakin kecil ukuran BAHAN DIPANEN, semakin capat proses 'drying' karena :
Kadar air lebih cepat ke permukaan
Kontak dengan medium pemanas lebih besar
b. Suhu
c. Kecepatan aliran udara
Contoh produk pengeringan :
a. Daging : dendeng sapi
b. Biji-bijian, kacang-kacangan : emping melinjo
c. Kopra
d. Buah dan sayuran : pisang sale, kismis
2. Perlakukan panas (pemanasan)
Pengertian : pemberian energi panas dal;am bentuk suhu lebih yang
dibiarkan merambat ke jaringan BAHAN DIPANEN.
Jenis perambatan panas :
a. Konduksi, biasanya pada BAHAN DIPANEN padat
b. Konveksi, biasanya pada bahan dipanen cair
c. Radiasi, pada bahan dipanen padat dan cair
Tujuan pemanasan :
a. Meningkatkan / memudahkan pencernaan, cita rasa
b. Mempertahankan nilai gizi sebanyak mungkin
c. Membunuh mikro organisme.
d. Mengawetkan bahan makanan
Jenis–jenis proses pemanasan :
a. Boiling
b. Steaming
c. Baking
d. Frying
e. Pasteurisasi, adalah proses pemanasan dengan suhu 62,8° C (30') atau
73° C (15')
f. Sterilisasi, adalah proses pemanasan dengan suhu > 121° C.
3. Perlakukan dengan suhu rendah (pendinginan dan pembekuan)
Dilakukan sejak bangsa Eskimo kuno, yaitu : mengawetkan ikan dengan
bekuan air.
Jenis-jenisnya:
a. Pendinginan / Chilling
Digunakan untuk menyimpan BAHAN DIPANEN yang mudah rusak untuk jangka waktu
beberapa hari / minggu.
b. Pembekuan / Freezing
Untuk penyimpanan BAHAN DIPANEN selama beberapa bulan / tahun
Faktor-faktor yang mempengaruhi perlakuan suhu rendah :
a. Suhu
Suhu yang digunakan tergantung kadar air bahan makanan
b. Kualitas bahan pangan mentah
Berpengaruh pada saat thawing
c. Perlakuan pendahuluan
Pencucian : karena hasil pertanian cenderung kotor. Sehingga pada
permukaan bahan mikroorganisme, dan dapat menyebabkan daya awet.
Pemotongan :
a. Untuk membuang bagian yang tidak penting
b. Untuk memperoleh ukuran yang sesuai sehingga dapat mempercepat proses
penggunaan Bahan makanan dan pembekuan.
Pengepakan :
a. Untuk mencegah perubahan warna, tekstur, cita rasa
b. Untuk menghindari kontaminasi udara
4. Perlakukan dengan bahan kimia (fermentasi dan pemberian 'food additive')
Cara yang dilakukan adalah :
a. Teknologi fermentasi
Pengertian : suatu perubahan kimia yang berlangsung pada bahan dipanen yang
dibantu dengan aktifitas mikro organisme.
Tujuan :
a. Meningkatkan daya cerna
b. Mengurangi racun
c. Memperoleh produk makanan yang bervariasi
d. Meningkatkan nilai harga
Jenis-jenis mikro organisme yang digunakan untuk fermentasi :
a. Kapang : Mucor, Aspergillus
b. Khamir : Sacharomyces
c. Bakteri : Bacillus, Streptococus
Contoh bahan dipanen hasil fermentasi :
a. Oncom, dari ampas kacang tanah
b. Tape, dari beras ketan / singkong
Perubahan : flavor, textur, rasa
c. Ikan peda, dari ikan kembung
Perubahan : flavour khas
d. Terasi, dari udang
Paerubahan : flavour khas
e. Yoghurt, dari susu
Perubahan : flavour khas, rasa
f. Pickle, dari sayuran, ketimun
Perubahan : flavour khas, rasa
b. Penggunaan food additive / bahan Tambahan makanan (BTM)
Pengertian : BAHAN MAKANAN yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan, yang
dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk
maksud teknologi (orgaroleptik) untuk mempengaruhi sifat
khas makanan tersebut.
Permenkes tentang BTM :
Permenkes no. 722 / Menkes / Per / IX / 1988, pasal 1.
Penambahan food additive dilakukan pada proses : persiapan,
pengolahan, pengepakan, penyimpanan atau pengangkutan BAHAN MAKANAN.
Penggunaan BTM tidak membahayakan apabila digunakan dalam batasbatas
yang wajar.
Fungsi dan macam BTM :
a. Antioksidan
Adalah BTM yang dapat mencegah / menghambat oksidasi.
Contoh : asam askorbat dan garam kalium
b. Antikempal
Adalah BTM yang dapat mencegah mengempalnya makanan yang
berupa serbuk.
Contoh : penggunaan alumunium silikat pada susu bubuk
c. Pengatur keasaman
Adalah BTM yang dapat memberi rasa asam, menetralkan dan
mempertahankan derajat keasaman makanan.
Contoh : alumunium amonium sulfat di dalam soda kue
d. Pemanis buatan
Adalah BTM yang dapat memberikan rasa manis pada makanan yang
tidak / hamper tidak bernilai gizi (energi)
Contoh : Sakarin dalam permen karet
e. Pengemulsi, pemantap, pengental
Adalam BTM yang dapat membantu terbentuknya system disperse
yang homogen pda makanan
Contoh : agar-agar dalam es krim
f. Pengawet
Adalah BTM yang mencegah / menghambat terjadinya fermentasi,
pengasaman atau peruraian lain terhadap makanan yang disebabkan
oleh mikro organisme
Contoh : asam benzoat dalam kecap
g. Pengeras
Adalah BTM yang dapat memperkeras / mencegah melunaknya
makanan.
Contoh : alumunium ammonium sulfat pada acar kentimun
h. Sekuestran
Adalah BTM yang dapat mengikat ion logam yang ada pada
makanan.
Contoh : asam fosfat pda kepiting kalengan
Upaya pencegahan kerusakan BAHAN MAKANAN dengan bahan kimia yang umum
dilakukan untuk meningkatkan daya tahan simpan BAHAN MAKANAN adalah :
a. Garam
Penggaraman merupakan cara pengawetan makanan yang telah lama
dilakukan. NaCl terbukti efektif mencegah / menghambat
pertumbuhan bakteri pembusuk.
Contoh  : ikan asin, telur asin
b. Asam
Penambahan asam pada makanan akan menurunkan pH BAHAN MAKANAN sehingga menghambat pertumbuhan mikro organisme perusak yang tidak tahan pada PH .
Contoh  :
Penggunaan asam cuka pada acar, asinan
Penggunaan asam laktat pada yoghurt
c. Gula
Penggunaan gula dengan konsentrasi  akan menurunkan Aw sehingga air yang diperlukan oleh mikro organisme juga akan turun , sehingga pertumbuhan mikro organisme juga akan terhambat.
Contoh : jam, jelly, manisan, sirup, dodol, sari buah, susu kental manis.

3 comments: