Sunday, May 29, 2011

teori konstuktivistik

Teori Belajar Pembelajaran

Teori Konstruktivistik
                Teori kontrukstivistik adalah teori yang memahami belajar sebagai proses pembentukan (kontruksi) pengetahuan oleh si pembelajar. Segala pengetahuan yang dimiliki dikembangkan oleh sipembelajar itu sendiri. Dia harus aktif berfikir menyusu konsep memberi makna terhadap hal – hal yang dipelajarinya. Proses belajar konstruktivistik dilakukan dengan cara pemberian makna oleh siswa kepada pengalaman nya melalu proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemuktahiran struktur kognitif nya. Guru tidak mentransfer pengetahuan yang dimilikinya, melainkan membantu siswa menuntut pengetahuannya sendiri. Guru membantu agar proses pengkontruksian pengetahuan siswa, belajar dengan lancar. Perang guru ini sebagai mediator dan fasilitator siswa.

Cirri – cirri belajar konstruktivistik
a.       Orientasi, siswa mengembangkan motivasi dalam belajar dengan diberi kesempatan melakukan observasi. Contoh : siswa tidak hanya belajar didalam kelas secara teori saja tetapi juga diberi kesempatan untuk melakukan pembelajaran diluar kelas dengan tujuan belajar yang sama seperti melakukan observasi atau kunjungan keberbagai tempat usaha yang berkaitan dengan usaha boga.
b.      Elisitasi, siswa mengungkapkan idenya dengan berdiskusi, dll. Contoh : siswa diberikan materi dan ditugaskan untuk mendalami materi tersebut dengan berdiskusi kelompok, sehingga setiap siswa dapat mengeluarkan setiap idenya.
c.       Restrukturisasi, klasifikasi ide sendiri dengan ide orang lain, membangun dan mengevaluasi ide baru. Contoh : dalam setiap pertemuan siswa mendapat informasi baru dan diharapkan dapat memproses ide – ide tersebut hingga mendapat ide baru sebagai tambahan pengetahuan.
d.      Penggunaan ide – ide baru dalam berbagai situasi, yaitu ide atau pengetahuan yang telah terbentuk perlu diaplikasikan pada bermacam – macam situasi. Contoh : setiap siswa diharapkan dapat mengambil suatu tindakan dalam situasi tertentu yang akan terjadi dalam kegiatan sehari – hari. Pada saat membuat kue dan tidak mendapat kondisi adonan, diharapkan kita dapat mengakali hal tersebut dan dapat menghasilkan kue yang baik.
e.      Review, mengaplikasikan pengetahuan. Contoh : jika kita memiliki suatu resep standar suatu masakan, dan ingin sedikit merubah masakan tersebut maka pengetahuan tentang berbagai aspek dari makanan dapat diaplikasikan sehingga mendapat resep masakan baru.

Pengetahuan
                Pada aliran konstruktivistik pengetahuan dipahami sebagai sesuatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat dapat diperbaharui dengan menambah pengetahuan – pengetahuan baru. Pengetahuan bukanlah hal yang dapat dengan mudah dipindahkan dengan mudah dari pemikiran seseorang ke orang lain namun berupa proses pengkonstruksian pemahaman tersebut. Manusia dapat belajar mengkonstruksikan suatu pemahaman yang ada disekitarnya dengan bantuan alat indera. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ditentukan namun berupa proses pembentukan.
Von Glaserfeld mengemukakan bahwa dalam proses pengkonstrusian diperlukan:
1.       Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman. Contoh : jika dalam suatu diskusi kita mendapat pengalaman yang menambah pemahaman kita, maka otak akan mengingat sehingga dapat mengungkapkan kembali saat ditanya.
2.       Kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan mengenai persamaan dan perbedaan tentang suatu hal. Contoh : dalam proses belajar guru atau dosen memberikan pengetahuan dari berbagai sumber lalu siswanya dapat menyimpulkan dan membedakan antara suatu teori dengan teori yang lain.
3.       Kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dengan yang lain. Contoh : dalam suatu proses belajar tidak semua siswa menonjol dalam setiap pembelajaran jika seorang siswa yang senang dengan memasak maka ia akan lebih menonjol dalam pelajaran tersebut.

Faktor – faktor yang membatasi proses konstruksi pengetahuan :
a.       Hasil konstruksi yang telah dimiliki seseorang. Contoh: jika kita telah memiliki suatu pemikiran yang telah melekat pada pemikiran kita (mind set), terkadang pemikiran tersebut membatasi kita untuk mendalami konsep tersebut.
b.      Domain pengalaman seseorang. Contoh : jika kita mendengar suatu pengalaman teman yang gagal saat membuat kue, secara tidak langsung kita akan berfikir berulang kali saat ingin mencoba membuat kue dan akhirnya membuat kita takut gagal dan tidak ingin mencoba.
c.       Jaringan struktur kognitif seseorang. Contoh : terkadang kita selalu berfikir sesuai dengan konsep, gambaran serta gagasan yang telah melekat sehingga sulit menerima suatu pengetahuan yang berlawanan denga ekologi konseptual kita.





Peranan guru pada pendekatan konstruktivistik ini lebih sebagi mediator dan fasilitator bagi siswa, yang meliputi kegiatan – kegiatan berikut ini :
a.       Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung jawab mengajar atau berceramah bukanlah tugas utama seorang guru. Contoh : dalam proses belajar guru bakan lg sumber belajar melainkan fasilitator yang memberikan pengtahuan dan siswa secara aktif dapat mendalami teori tersebut.
b.      Menyediakan atau memberikan kegiatan – kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasannya. Guru perlu menyemangati siswa dan menyediakan pengalaman konflik. Contoh : diskusi dalam praktek besar tentu memerllukan gagasan – gagasan sebagai konsep dalam praktek besar serta menyatukan perbedaan yang ada hingga mendapat suatu konsep yang maksimal.
c.       Memonitor, mengevaluasi dan menunjukan apakah pemikiran siswa berjalan atau tidak. Guru menunjukan dan mempertanyakan apakah pengetahuan siswa dapat diberlakukan untuk dapat menghadapi persoalan baru yang berkaitan. Contoh : setelah siswa mengeluarkan pendapatnya guru dapat mempertanyakan gagasan tersebut sehingga siswa dapat mempertanggung jawabkan segala gagasan yang dikeluarkan.
Beberapa hal penting tentang evaluasi dalam aliran kontruktivistik adalah :
·         Diarahkan pada tugas-tugas autentik. Dari pemberian tugas-tugas tersebut ada target yang harus di capai. Contoh ; dalam jurusan ikk ada mata kuliah pub yang mengharuskan mahasiswa mencapai target penjualan tertentu.
·         Mengkonstruksi pengetahuan yang menggambarkan proses berfikir yang lebih tinggi. contohnya pada awalnya kita tidak mengerti apa-apa, setelah beberapa kali mengalami proses belajar kita menjadi tahu dan dapat mengembangkan pengetahuan tersebut.
·         Mengkonstruksikan pengalaman siswa. Contoh yaitu pada mata kuliah pmo, sebelum praktek kita dijelaskan teori-teori tentang masakan tersebut. Setelah itu pada saat praktek kita mengembangkan pengetahuan kita untuk bagaimana mengolah masakan tersebut.
·         Mengarahkan evaluasi pada konteks yang  luas dengan berbagai perspektif. Contoh: setelah kita mengembangkan pengetahuan, kita mengevaluasinya dengan berbagai sudut pandang.
KESIMPULAN
Pada teori konstruktivistik guru tidak lagi menjadi sumber belajar namun sebagai fasilitator dan siswa diharapkan dapat mengkontruksikan segala pengetahuan yang didapat dari segala sumber belajar yang ada dan mampu mepresentasikan, mempertanggung jawabkan serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari.

No comments:

Post a Comment